Jumat, 27 November 2015

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME



A.      Sejarah Kemunculan Aliran Filsafat Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena latar belakang ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa Yunani hingga Modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah penolakan untuk mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik, dan jauh dari kehidupan. Salah satu latar belakang dan alasan lahirnya aliran ini juga karena sadarnya beberapa golongan filusuf yang menyadari bahwa manusia mulai terbelenggu dengan aktivitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau mahluk yang bereksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, lahirlah aliran filsafat Eksistensialisme yang merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya, sehingga manusia menyadari cara beradanya di dunia berbeda dengan cara beradanya benda-benda materi yang lain. Cara beradanya manusia adalah hidup bersama dengan manusia lainnya, ada kerjasama dan komunikasi serta dengan penuh kesadaran, sedangkan benda-benda meteri lain keberadaannya berdasarkan ketidak sadaran akan dirinya sendiri dan tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.
      
B.       Pengertian Sederhana Aliran Eksistensialisme
Dari sudut etimologi, eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti diluar dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Adapun eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya, serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan kesadaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pusat renungan atau kajian dari eksistensialisme adalah manusia konkret.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu:
  • Selalu melihat cara manusia berada dan eksistensi sendiri diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi.
  • Manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, serta didasari dari pengalaman yang konkret atau empiris.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai sesuatu yang tinggi, dan keberadaannya selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme, saya kira ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia, seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya di dalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan antara manusia dengan lingkungan budayanya).
                                                            
C.      Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme
            Tokoh-tokoh aliran Filsafat Eksistensialisme adalah:
1.      Karl Jaspers
          Karl Jaspers memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran Karl Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.

2.      Soren Aabye Kiekeegaard
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang kaku dan statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi, ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.

3.      Jean Paul Sartre
Jean Paul Sartre menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk menentukan dan mengatur dirinya.  “Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri”. Itu adalah salah satu statement dan mungkin bernilai teori yang terkenal darinya.

4.      Friedrich Nietzsche
Menurutnya, manusia yang bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.

5.      Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri. Dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia, karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.
Jadi, intinya memusatkan semua hal kepada manusia dan mengembalikan semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai subjek atau objek dari masalah tersebut.

D.      Buku-buku yang membahas Eksistensialisme
1.      Filsafat Eksistensialisme yang ditulis Save M. Dagun
Buku ini memang cukup menjelaskan secara umum tentang eksistensialisme terutama penjelasan istilah eksistensialisme dan juga sejarah mnuculnya aliran ini. Mengenai tokoh dijelaskan secara garis besar saja, jadi hanya pokok-pokok pikiran para filusuf eksistensialis, yang disayangkan tidak semua filusuf dicantumkan dalam buku ini.

2.      Berkenalan dengan Eksistensialisme yang ditulis oleh Fuad Hassan
Buku ini hanya mencakup beberapa filusuf besar eksistensialisme, dan model penulisannya seperti bercerita tentang kehidupan filusuf tersebut dan didalam cerita itu diselipkan konsep eksistensialisme tokoh tersebut.
Beberapa buku yang memuat eksistensialisme, seperti sari sejarah filsafat barat, para filusuf penentu gerak zaman, persoalan-persoalan filsafat, buku pengantar filsafat, sejarah filsafat barat modern dan se-zaman, dan lain-lain yang didalam buku tersebut bahasan eksistensialisme hanya masuk sebagai bab tersendiri atau sub bab tertentu.


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar