Sabtu, 17 Oktober 2015

PERIODESASI PEMIKIRAN FILSAFAT ZAMAN KLASIK SAMPAI ZAMAN KONTEMPORER



Pembagian secara periodesasi filsafat yaitu Zaman Klasik (zaman yunani kuno dan zaman keemasan filsafat), Zaman Abad Pertengahan, Zaman  Renaissance, Zaman  Modern, dan Zaman Kontemporer.

         1.  Zaman Klasik (abad 6 SM - 2 M)
Pada zaman yunani kuno, filsafat dianggap sebagai filsafat alam, karena pada masa ini segala sesuatu diukur dan di ambil dari alam. Menurut pendapat para tokoh pada  zaman ini, yaitu:
  • Thales (624 – 546 SM), berpendapat bahwa alam semesta  ini berasal dari air, karena dari segala aspek kehidupan memerlukan dan menggunakan air. 
  • Anaximander (610 – 547 SM), berpendapat bahwa alam semesta berasal dari udara, karena setiap makhluk hidup pasti membutuhkan dan menggunakan udara. 
  • Heraclitus, berpendapat bahwa alam berasal dari api, karena dari api akan menjadikan sesuatu menggumpal dan membentuk benda padat yang diakibatkan dari panasnya api. 
  • Pythagoras (572 – 500 SM), berpendapat bahwa semua berasal dari sesuatu yang bisa dihitung dan di angka-kan. 
  • Parmanides, berpendapat bahwa sesuatu dilihat dari dua segi,  yakni fisika (sesuatu yang ada itu ada) dan metafisika (sesuatu yang tidak ada itu tidak ada). 
  • Socrates (470 -399 SM), yang mengemukakan bahwa pada masa setelah yunani kuno, mengalami masa keemasan  filsafat, karena pada masa ini orang memiliki  kebebasan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya. Yunani pada masa ini dianggap sebagai gudang ilmu, karena bangsa yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan sikap inquiring attitude (sikap menyelidiki sesuatu secara kritis). Pada masa ini, filsafat bercorak Antroposentris, yakni  para filsuf menjadikan manusia sebagai objek pemikiran filsafat.
Beberapa tokoh pada zaman klasik, antara lain Thales, Anaximander, Phytagoras, Permanides, Aristoteles, Plato dan A. Comte.
Pada masa ini  ada beberapa tingkatan kemajuan menurut  A. Comte, yaitu:
  1. Tingkat agama/dogma, dimana manusia menerima keyakinan dari mulut ke mulut dan menjalankannya. 
  2. Tingkat filsafat, manusia menggunakan pikirannya untuk memikirkan apa yang menjadi hakekat kebenaran. 
  3. Tingkat ilmu pengetahuan, manusia yang menggunakan pikiran, yaitu sudah sampai pada tingkat yakin, dan kebenaran yang diyakini adalah kebenaran yang mutlak.


    2.  Zaman Abad Pertengahan (abad 2M – 14 M)      
Abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan pengetahuan, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Pada abad pertengahan ini, filsafat bercorak Theosentri, yakni para filsuf menjadikan filsafat sebagai abdi agama. Dengan semboyan yang berlaku bagi ilmu, yaitu ancilla theologia atau abdi agama, dimana filsafat dijadikan tolak ukur dalam menentukan aturan-aturan agama.
Pada abad pertengahan, terdapat perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya yang terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen oleh Nabi Isa a.s membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Peradaban yang didasarkan oleh logika ditutup oleh gereja dan diganti dengan keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan, karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhan lah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal mereka.
Filsafat pada zaman abad pertengahan mengalami dua periode, yaitu Periode Patristik dan Periode Skolastik. Periode Patristik, berasal dari kata latin patres yang berarti bapa-bapa gereja. Pada periode ini mengalami dua tahap, yaitu:
1)   Permulaan agama Kristen, setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri untuk keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.
2)   Filsafat Agustinus, melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik (tahun 800–1500 M) yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.     Periode skolastik awal (abad 9 – 12), ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan  yang rapat antara agama dan filsafat serta persoalan tentang universalia.
b.     Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinus.
c.     Periode skolastik akhir (abad 14–15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Tokoh yang piawai pada masa ini adalah Augustinus, Aristoteles, dan Thomas Aquinus.


   3.  Zaman Renaissance (abad 14 – 16 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kembalinya pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini merindukan pemikiran yang bebas, karena manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Adapun faktor penyebab dari upaya pelepasan diri dari dogma-dogma agama, yaitu:
·      Pudarnya kewibawaan dewan gereja pada masa itu dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan-kegiatan ilmiah.
·      Orang tidak lagi mempercayai nilai-nilai universal yang dianggap terlalu abstrak, mereka lebih mendambakan nilai-nilai individu yang bersifat konkret dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk menggunakan akal pikir secara bebas.

Pada zaman Renaissance sudah mulai dirintis mengenai ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan yang berkembang maju adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal, yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes Kepplerdan Galileo Galilei.


        4.  Zaman Modern
Ciri khas pada masa ini adalah dominasi barat dalam bidang pemikiran politik. Di satu sisi, pemikiran politik barat dijadikan sebagai model tentang bagaimana suatu masyarakat dapat dan seharusnya berkembang. Sementara disisi lain, pemikiran politik barat dianggap sebagai sesuatu yang asing dan layak dimusuhi, satu pengecualian adalah teolog politik syiah yang berkembang dengan cara baru dan mengakui momentumnya sendiri.
Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah, penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis X dan Y dalam bidang datar (oleh Descartes), teori gravitasi (oleh Isaac Newton), dan elektron (oleh JJ.Thompson). Adapun tokoh yang pertama kali pada abad modern, yakni Descartes (1596 – 1650) yang beranggapan bahwa sesuatu berasal dari keraguan. Kemudian muncul lima pokok pemikiran Descartes, yaitu:
a.     Benda indrawi tidak ada
b.    Gerak, jumlah, volume tidak ada
c.     Saya sedang ragu maka saya ada
d.    Saya ragu karena saya berfikir
e.     Jadi saya berfikir berarti saya ada
Kemudian muncul tokoh Hegel (1770 – 1831) dengan metodenya dialegika yang  dalam proses berfikir pencapaiannya melalui tiga tahap, yaitu:
·      Fase thesis
·      Anti thesis
·      Sintesis


        5.   Zaman Kontemporer
Diantara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi. Menurut Traut, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Secara historis, hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara, yaitu:
a. Persuasi filosafis mengenai metode fisika dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika (misalnya tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu).
b.  Ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang dan waktu.
Zaman Kontemporer ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, dan internet. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan sub spesialis ataupun super spesialis, demikian pula dengan ilmu lainnya. Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu yang satu dengan yang lainnya, sehingga dihadirkan ilmu baru.
Zaman kontemporer mengkritik filsafat modern yang berfikir bebas, sehingga muncul post modernisme. Pemikiran post modernisme adalah pemikiran yang menentang segala hal yang berbau kemutlakan dan baku, menolak dan menghindari suatu sistematika uraian atau pemecahan persoalan yang sederhana dan skematis, serta memanfaatkan nilai-nilai yang berasal dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar