A. PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA ZAMAN KLASIK
Tempat
filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf pertama yunani berasal
dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut Coppleston sulit
untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor pemikiran Mesir ke
Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat, sebab itu pendapat
bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima. Jadi, filsafat yunani
berasal dari yunani sendiri, yakni
Ionia.
Filsafat yunani berkaitan erat dengan matematika. Coppleston berpendapat, memang ada kemungkinan besar bahwa matematika yunani dipengaruhi Mesir dan
astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan pertemuan barat dan timur.
Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika ilmiah.
Matematika
Mesir terdiri dari metode-metode empiris, kasar, dan lengkap untuk memperoleh hasil praktis. Geometri Mesir umumnya terdiri
dari metode-metode praktis untuk mengukur tanah setelah meluapnya sungai Nil.
Tapi Mesir tidak mengembangkan geometri ilmiah, demikian juga astronomi Babylon, sebetulnya merupakan astrologi, yakni ilmu nujum bintang. Sebaliknya, orang Yunani mengembangkannya menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi, menurut
Coppleston, matematika dan astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan
demikian, Yunani adalah tempat asal para pemikir dan ilmuan asli Eropa. Orang
Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan
itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas, dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf terkenal Jerman, berpendapat bahwa
filsafat Yunani sepenuhnya dilakukan dengan semangat kebebasan ilmiah.
Filsafat di masa Pra-Sokrates
merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan
filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya,
filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan
dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode
sesudahnya. Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian,
keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya,
sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan
Pythagoreanisme.
Adapun filsuf-filsuf yang
hidup sebelum masa Sokrates, adalah:
a. Thales (625-545 SM)
Dalam
sejarah filsafat, Thales
dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari tujuh orang bijak
di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari
Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan Priandros dari
Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai
filsuf, Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan "apa asal usul segala sesuatu?" Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu
adalah air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di
alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke
hari mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas
itu sendiri berasal dari kelembaban.
Dia juga
mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga
dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di
kalangan dewa-dewi.
Anaximander
juga seorang ilmuwan. Menurut
Theophrastus, dia membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut
Milesia ke laut hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat
Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga
mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia,
prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air, seperti yang dikatakan Thales.
Jika perubahan, kelahiran, kematian,
pertumbuhan, dan kehancuran, disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda
lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama
dari segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas).
To apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek.
Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkungan bentuk-bentuk hewan yang
sekarang berevolusi.
Tentang asal
usul manusia, Anaximander mengatakan bahwa
pada mulanya manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan
lain, katanya, cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia
sendiri membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat
menjelaskan bagaimana manusia bisa hidup dalam tahap transisi.
Jadi,
doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak
menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.
c. Anaximenes (588-524 SM)
Menurut
Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita,
yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi, udara adalah prinsip dasar (urstoff)
dari dunia.
Udara tak
dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan.
Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan cenderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia
menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin
nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
Pythagoras mendirikan sebuah
tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM.
Pythagoras dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah satu
sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan
Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius
dinilai sebagai roman dan bukan catatan sejarah.
Ajaran tentang bilangan
merupakan ajaran Pythagoras yang penting. Pythagoras dan para pengikutnya sangat
terobsesi dengan matematika, sampai-sampai
dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut Pythagoras, prinsip
dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka,
dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angka. Mereka terpesona
oleh kenyataan bahwa interval-interval musik antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut Pythagoreanisme, pusat
jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu beredar kontra bumi
(antikhton), bumi, bulan, matahari, dan planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap.
Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada
musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit
mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa
dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras
sendiri telah mendengar musik jagad raya
itu.
Filsuf-filsuf lain yang hidup
sebelum masa Sokrates, di antaranya:
a) Xenophanes (570-480 SM)
b) Heracleitos
c) Parmenides dan Melissus
d) Zeno
e) Empedocles
f) Leocippus
g) Para filsuf Atomisme
Perhatian masa Pra-Sokrates
adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian
bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor penyebabnya antara lain:
a.
Timbulnya
sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan
tentang asal-usul alam semesta. Filsafat
Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan
kejamakan (diversity).
b.
Semakin
besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan
pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing, seperti Persia, Babylonia, dan Mesir.
Menghadapi kenyataan ini, para pemikir Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, seperti “apakah beragam kebudayaan
nasional dan lokal, norma
agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?”
Kaum Sofis
Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya,
perbedaan itu ialah:
a.
Pusat
perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban, dan kebiasaan manusia.
Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai
kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mukjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b.
Sofisme dan
filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani
Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode
empirico-induktif.
Pada masa Pra-Sokrates, filsuf
menetapkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena-fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah
ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik
kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu
sangat banyak dan berbeda. Setelah
banyak tahu tentang berbagai negara dan
kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c.
Perbedaan
juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran
obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran
spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran,
sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis mempunyai
massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah
professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu
mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair,
filsafat mitologi, agam dll).
Kaum sofis
sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan faktor sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani,
agar bisa berkecimpung dalam politik,
orang harus pintar berpidato.
Adapun
tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias,
Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
a)
Socrates
Menurut Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia Socrates
sekitar 70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470 SM.
Ayahnya bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama Phaenarete
seorang dukun bersalin.
Sosok Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut
pertobatan Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon,
sobat Socrates, suatu ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain
yang lebih bijaksana dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini
membuat Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah karena dia
tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya yakni
untuk mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan
bimbingannya.
Adapun ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
1. Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universal) yang bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya
hal-hal partikular yang dapat
beragam, tapi defenisi tetap sama.
2. Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif
yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui
wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates
bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketidaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap
sampai akhirnya mencapai definisi yang
lebih lengkap.
3. Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh
kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam
kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus
tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat
dipelihara semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar.
Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar.
Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam
bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4. Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang
ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta
paling agung, yakni jiwa, lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politik pun tak dapat dilepaskan dari etika.
5. Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia,
pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana,
yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6. Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan
apa yang benar-benar baik bagi manusia, apa yang benar-benar dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.
7. Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah,
pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya
akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian
besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates, sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari
dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal budi universal.
b)
Plato
Plato adalah salah satu filsuf
terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga terpandang, ayahnya Arston dan
ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama aslinya adalah Aristocles.
Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia memiliki sosok fisik yang kokoh
kuat. Plato
menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates
pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40
tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bisa diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada
Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran
terpenting dari Plato adalah:
1. Dua Dunia
Plato mengajarkan tentang dua
dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal,
permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah, dan tidak kekal.
2. Jiwa
Jiwa adalah suatu adikodrati,
berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa terdiri dari tiga bagian
(fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan kebijaksanaan), kehendak (dihubungkan dengan keberanian), dan bagian keinginan atau nafsu (dihubungkan dengan bagian
pengendalian diri).
3.
Negara
Ajaran tentang negara
merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato, tujuan hidup manusia adalah eudaemonia (hidup yang baik). Agar hidup baik, orang harus mendapatkan pendidikan.
Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tetapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri
tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada negara yang baik, sebab manusia adalah
makhluk sosial yang memerlukan negara.
Dalam satu negara ada tiga golongan, yakni:
- Para penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka adalah kebijaksanaan.
- Para prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
- Rakyat jelata seperti petani, tukang, dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.
c)
Aristoteles
Aristoteles
lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia. Ketika berusia 18 tahun, ia belajar filsafat pada Plato di
Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian
kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika
Alexander Agung meninggal pada tahun 323, timbullah huru-hara.
Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia
di sana pada tahun 322.
Di masa ini muncul beberapa
aliran, terpenting di antaranya adalah:
a. Stoisisme
didirikan oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh logos
atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung
menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam,
karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
b. Epikurisme
didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan
kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan
batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana
adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
c. Skeptisisme
dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut
tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
d.
Eklektisisme
adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsur yang berbeda. Ini juga merupakan
kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal
dengan eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
B.
FILSAFAT
BARAT ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan merupakan kurun waktu
yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominasi agama Kristen
sangat menonjol. Filsafat harus diuji apakah tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Teologi lebih tinggi dibandingkan dengan
filsafat, filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa
pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode,
yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa
patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Berikut
ini diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta
tokoh-tokoh terpentingnya.
1. Masa Patristik
a.
Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti
bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh
gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan.
Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah
kefilsafatan.
b.
Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222),
Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari
Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394),
Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus
(354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah
pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus
Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah
tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan
Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan
Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat
Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah
melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen
dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada
abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran).
Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada
kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu
tehadap satu hal, yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya
berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku
berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan
dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos).
Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan.
Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar
atau materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di
barat dan timur, muncul tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak
pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
2. Masa Skolastik
a.
Gambaran Umum
Nama skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara
dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah
filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih dan kegiatan
intelektual mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat
mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini, filsafat
dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu.
Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani,
karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf
arab, yaitu Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198)
alias Averroes. Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan
Neoplatonisme sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis
komentar tentang pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang
Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang
berhadapan dengan karya-karya non kristen. Tugas filsafat dan teologi adalah
mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam
pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya.
Tokoh-tokoh
terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus
Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus
(1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus
Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308),
Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius
adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun,
ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia
menulis buku yang berjudul “De
Consolatione Philosophiae”.
Johanes
Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung.
Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam
(saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan
mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus
Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan
pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang
Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan
Nominalisme.
Ibn Sina
(Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia
menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia
secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasal dari intelek pertama.
Ibn Rushd
(Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu
pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura
adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah
dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah maha guru di
fakultas sastra di Paris.
Albertus
Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di
sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas
Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo
dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat
bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia
Est Ancilla Theologiae. Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan
rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan
adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae
(Lima Jalan), yaitu:
1) Gejala
adanya perubahan atau gerak
2) Gejala sebab
dan akibat
3) Gejala
kontingensi
4) Adanya
hierarki kesempurnaan
5) Finalitas
dunia
Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan
materinya. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti
ajaran Aristoteles dan Bonaventura.
William Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir
bermasalah di gereja. Di bidang filsafat, ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu
memangku tugas kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar