Sabtu, 17 Oktober 2015

SEJARAH FILSAFAT - (FILSAFAT PADA ZAMAN KLASIK DAN ABAD PERTENGAHAN)



A.     PERKEMBANGAN FILSAFAT PADA ZAMAN KLASIK
Tempat filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf pertama yunani berasal dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut Coppleston sulit untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor pemikiran Mesir ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat, sebab itu pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima. Jadi, filsafat yunani berasal dari yunani sendiri, yakni Ionia.
Filsafat yunani berkaitan erat dengan matematika. Coppleston berpendapat, memang ada kemungkinan besar bahwa matematika yunani dipengaruhi Mesir dan astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan pertemuan barat dan timur. Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika ilmiah.
Matematika Mesir terdiri dari metode-metode empiris, kasar, dan lengkap untuk memperoleh hasil praktis. Geometri Mesir umumnya terdiri dari metode-metode praktis untuk mengukur tanah setelah meluapnya sungai Nil. Tapi Mesir tidak mengembangkan geometri ilmiah, demikian juga astronomi Babylon, sebetulnya merupakan astrologi, yakni ilmu nujum bintang. Sebaliknya, orang Yunani mengembangkannya menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi, menurut Coppleston, matematika dan astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan demikian, Yunani adalah tempat asal para pemikir dan ilmuan asli Eropa. Orang Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas, dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat Yunani sepenuhnya dilakukan dengan semangat kebebasan ilmiah.

  1.  Masa Pra-Sokrates
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya. Meskipun Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan Pythagoreanisme.
Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates, adalah:

        a.  Thales (625-545 SM)
Dalam sejarah filsafat, Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai filsuf, Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan "apa asal usul segala sesuatu?" Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu sendiri berasal dari kelembaban.
Dia juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di kalangan dewa-dewi.

b.  Anaximandros (611-545 SM)
Anaximander juga seorang ilmuwan. Menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta, yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air, seperti yang dikatakan Thales.
Jika perubahan, kelahiran, kematian, pertumbuhan, dan kehancuran, disebabkan oleh konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek. Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkungan bentuk-bentuk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang asal usul manusia, Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia bisa hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak menunjuk unsur tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.

       c.  Anaximenes (588-524 SM)
Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas. Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi, udara adalah prinsip dasar (urstoff) dari dunia.
Udara tak dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan. Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan cenderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.

d.     Pythagoras (580-500 SM)
Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua abad 6 SM. Pythagoras dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia. Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius dinilai sebagai roman dan bukan catatan sejarah.
Ajaran tentang bilangan merupakan ajaran Pythagoras yang penting. Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika, sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval musik antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things are numbers).
Menurut Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari, dan planet lainnya dan akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar musik jagad raya itu.
Filsuf-filsuf lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
             a)      Xenophanes (570-480 SM)
             b)      Heracleitos
             c)      Parmenides dan Melissus
             d)     Zeno
       e)      Empedocles
             f)       Leocippus
             g)      Para filsuf Atomisme


2.      Masa Sokrates
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor penyebabnya antara lain:
a.       Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asal-usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity).
b.      Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing, seperti Persia, Babylonia, dan Mesir. Menghadapi kenyataan ini, para pemikir Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah beragam kebudayaan nasional dan lokal, norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?

Kaum Sofis
     Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a.       Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban, dan kebiasaan manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mukjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b.      Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.

Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetapkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena-fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda. Setelah banyak tahu tentang berbagai negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.

c.       Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran, sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).

Kaum sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan faktor sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bisa berkecimpung dalam politik, orang harus pintar berpidato.
Adapun tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.

a)        Socrates
         Menurut Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia Socrates sekitar 70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470 SM. Ayahnya bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama Phaenarete seorang dukun bersalin.
         Sosok Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut pertobatan Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon, sobat Socrates, suatu ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain yang lebih bijaksana dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini membuat Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah karena dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya yakni untuk mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan bimbingannya.
         Adapun ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
1.    Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universal) yang bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular yang dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2.  Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketidaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhirnya mencapai definisi yang lebih lengkap.
3.     Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya lewat  pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4.      Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung, yakni jiwa, lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politik pun tak dapat dilepaskan dari etika.
5.    Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6.      Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang benar-benar baik bagi manusia, apa yang benar-benar dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.
7.   Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates, sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal budi universal.

b)        Plato
Plato adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia memiliki sosok fisik yang kokoh kuat. Plato menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bisa diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:

         1.   Dua Dunia
Plato mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah, dan tidak kekal.
   2.      Jiwa
Jiwa adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan kebijaksanaan), kehendak (dihubungkan dengan keberanian), dan bagian keinginan atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri).
    3.     Negara
Ajaran tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato, tujuan hidup manusia adalah eudaemonia (hidup yang baik). Agar hidup baik, orang harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tetapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada negara yang baik, sebab manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan negara.
Dalam satu negara ada tiga golongan, yakni:
  • Para penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka adalah kebijaksanaan.
  •  Para prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian. 
  • Rakyat jelata seperti petani, tukang, dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.

c)         Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya seorang dokter pribadi raja Macedonia. Ketika berusia 18 tahun, ia belajar filsafat pada Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander Agung. Ketika Alexander Agung meninggal pada tahun 323, timbullah huru-hara. Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia di sana pada tahun 322.


3.     Masa hellenisme dan Romawi
Di masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di antaranya adalah:
a.       Stoisisme didirikan oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam, karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
b.  Epikurisme didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
c.       Skeptisisme dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
d.     Eklektisisme adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsur yang berbeda. Ini juga merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang dikenal dengan eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.


B.       FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
Abad  pertengahan  merupakan  kurun  waktu  yang  khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominasi agama Kristen sangat menonjol. Filsafat harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat, filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode, yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Berikut ini diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.

1.  Masa Patristik
              a.    Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.

             b.    Tokoh-tokoh terpenting
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen. Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal, yaitu bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau  materi segala sesuatu.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur, muncul tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.

                                
2.  Masa Skolastik
a.       Gambaran Umum
Nama skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih dan kegiatan intelektual mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin segar.
Masa Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini, filsafat dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu. Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani, karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab, yaitu Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes. Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan dengan karya-karya non kristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus yang mendominasi masa-masa sebelumnya.

b.      Tokoh-tokoh terpenting
Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308), Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun, ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia menulis buku yang berjudul “De Consolatione Philosophiae”.
Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung. Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan Nominalisme.
Ibn Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme. Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasal dari intelek pertama.
Ibn Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme yaitu pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah maha guru di fakultas sastra di Paris.
Albertus Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla Theologiae.  Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan),  yaitu:
1)    Gejala adanya perubahan atau gerak
2)    Gejala sebab dan akibat
3)    Gejala kontingensi
4)    Adanya hierarki kesempurnaan
5)    Finalitas dunia

Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran Aristoteles dan Bonaventura.
William Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah di gereja. Di bidang filsafat, ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar