Pada
masa setelah Socrates, telah muncul seorang tokoh skeptisme yang bernama Pyrho.
Berikutnya pada abad pertengahan sampai abad modern ini telah banyak pula
bermuculan tokoh-tokoh skeptis lainnya. Tokoh yang muncul belakangan tersebut
ada yang tetap teguh berpendirian skeptis, seperti pyrho dari awal hingga akhir,
tetapi ada juga yang bermula dari skeptis lalu kemudian menemukan kebenaran dan
berubah menjadi seseorang yang mempercayai kepastian akan kebenaran. Kita akan melihat bagaimana mereka yang tadinya
berangkat dari keragu-raguan kemudian akhirnya bersimpuh didalam kebenaran dan
menemukan kebenaran itu sebagai suatu kepastian.
Diceritakan bahwa ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang filsuf besar,
Descartes tiba kepada suatu permasalahan epistemologi yang sangat penting
yaitu, apakah sesuatu yang telah didapat selama ini adalah merupakan suatu hal
yang sudah pasti ataukah semuanya tidak mempunyai suatu kepastian.
Ia mencoba untuk memeriksa keyakinan
terhadap agama yang dia anut selama ini. Ia mulai meneliti keyakinan agamanya
dengan modal pengetahuan yang dia miliki, meneliti dengan filsafat dan berbagai
ilmu lainnya, mungkinkah apa-apa yang telah dia ketahui selama ini adalah
betul-betul sudah dia ketahui atau semua itu sebenarnya masih dalam tahap
pengembangan yang tidak ada akhir dan kepastiannya?
Descartes kemudian mengatakan, “Dengan
dasar apa saya mengatakan bahwa alam ini ada, manusia ada, masyarakat ada, dan
Tuhan juga ada. Dengan dalil seperti apa saya akan mengatakan bahwa kota ini
ada, alam semesta ini adalah demikian, agama yang dibawa oleh Yesus adalah
begini dan begitu?”
Sebagaimana Pyrho, Descartes juga
kemudian menelusuri apa yang bisa diperbuat oleh pancaindra dan rasio.
Descartes melihat bahwa apa saja yang bisa didapat, dilihat, dan didengarnya
dengan mengunakan pancaindra dan rasio semuanya masih sangat lemah dan masih
bisa diperdebatkan lagi. Menurut Descartes, indra adalah alat yang terlemah
yang dimiliki oleh manusia, dan karenanya dia mencoba bersandar kepada
kemampuan rasio. Namun demikian sebagaimana Pyrho, Descartespun menemukan bahwa
tidak sedikit kesalahan yang telah pernah diperbuatnya selama didalam
penelitian dengan menggunakan rasio. Melihat kenyataan ini, Descartes sang
filsuf ternama itupun kemudian hampir-hampir kehilangan kepercayaan dan
keyakinan, ia mulai meragukan segalanya dan sampai tak tersisa sedikitpun lagi
keyakinan didalam dirinya.
Didalam keraguan dan kebimbangan yang
dalam tersebut tiba-tiba dia tersentak dan berkata, “Sekalipun saya ragu
terhadap semua yang telah saya dapat selama ini, sekalipun saya ragu terhadap
segala sesuatu yang ada didepan mata saya, namun satu hal yang TIDAK SAYA
RAGUKAN adalah bahwa saya TIDAK RAGU kalau saya sedang ragu”
Nampaknya Descartes telah mendapatkan satu kepastian tentang kemungkinan untuk mengetahui secara pasti. Ia sekarang tahu bahwa dia PASTI sedang ragu. Dikabarkan, Descartes kemudian berdiri diatas batu besar dialam terbuka dan mengatakan, “Saya telah menemukan sesuatu ; dikala saya meragukan segala sesuatu, dikala saya meragukan panca indra saya, dikala saya meragukan rasio saya, meragukan apakah dunia ini ada, kota paris itu ada, manusia itu ada, Tuhan itu ada dan apakah saya sendiri ada? semua keraguan saya itu adalah betul adanya. Namun satu hal yang tidak mungkin bisa saya ragukan, yaitu bahwa saya sekarang tengah merasa ragu. Bahkan sekalipun saya meragu kan tentang keraguan saya ini, apakah saya ini ragu atau tidak, tetapi saya tetap merasa yakin dan tahu secara pasti bahwa saya sekarang sedang ragu. Dan saya yang sedang ragu ini adalah betul-betul ada.
Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang luas dan telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil berjalan dia bergumam, “Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya yang sedang merasakan keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”, dia terus berjalan sambil mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian meyakini bahwa kepastian akan pengetahuan itu adalah ada. Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan yang dia miliki.
Nampaknya Descartes telah mendapatkan satu kepastian tentang kemungkinan untuk mengetahui secara pasti. Ia sekarang tahu bahwa dia PASTI sedang ragu. Dikabarkan, Descartes kemudian berdiri diatas batu besar dialam terbuka dan mengatakan, “Saya telah menemukan sesuatu ; dikala saya meragukan segala sesuatu, dikala saya meragukan panca indra saya, dikala saya meragukan rasio saya, meragukan apakah dunia ini ada, kota paris itu ada, manusia itu ada, Tuhan itu ada dan apakah saya sendiri ada? semua keraguan saya itu adalah betul adanya. Namun satu hal yang tidak mungkin bisa saya ragukan, yaitu bahwa saya sekarang tengah merasa ragu. Bahkan sekalipun saya meragu kan tentang keraguan saya ini, apakah saya ini ragu atau tidak, tetapi saya tetap merasa yakin dan tahu secara pasti bahwa saya sekarang sedang ragu. Dan saya yang sedang ragu ini adalah betul-betul ada.
Begitulah, akhirnya Descartes berjalan di tengah hamparan bumi yang luas dan telah menemukan sebuah kepastian tentang pengetahuan, sambil berjalan dia bergumam, “Saya sekarang sedang ragu, dan karena saya yang sedang merasakan keraguan ini adalah ada, maka saya adalah ada”, dia terus berjalan sambil mengulang-ulang kata tersebut dan kemudian meyakini bahwa kepastian akan pengetahuan itu adalah ada. Setidak-tidaknya dia tahu pasti tentang keraguan yang dia miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar