Sabtu, 19 Desember 2015

FILSAFAT DAN SAINS



Filsafat khususnya metafisika dianggap bukanlah sebagai sains. Sebagaimana yang dikatakan August Comte, bahwa filsafat dalam bentuk metafisika adalah fase kedua dalam perkembangan manusia, setelah agama yang disebut sebagai fase pertamanya.
Adapun yang disebut dengan fase ketiga atau fase yang paling modern dalam perkembangan manusia adalah sains yang bersifat positivistik (yang dapat dilihat oleh indra lahir manusia).
Dan karena sains merupakan perkembangan terakhir (fase ketiga), maka manusia modern harus meninggalkan fase-fase sebelumnya yang dianggap sudah kuno seperti fase agama, teologis, dan metafisika filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan sebagai manusia modern.
Berbeda dengan apa yang terjadi di barat, dalam tradisi ilmiah Islam filsafat tetap dipertahankan hingga kini dalam posisi ilmiahnya yang tinggi sebagai sumber atau basis bagi ilmu-ilmu umum yang biasa kita sebut sebagai sains, yakni cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengan dunia empiris, dunia fisik.
Dalam tradisi Islam, filsafat adalah induk dari semua ilmu yang menelaah ilmu rasional (aqliyyah) seperti metafisika, fisika dan matematika. Adapun ’sains’ dalam tradisi ilmiah Islam adalah termasuk ke dalam kelompok ilmu rasional dibawah ilmu-ilmu fisik, sehingga mau tidak mau sains harus tetap menginduk kepada filsafat, khususnya kepada metafisika filsafat. Alih-alih sains dikatakan terlepas dari filsafat sebagaimana yang disinyalir oleh August Comte, filsafat justru dipandang sebagai induk dari sains.
Para Filosof Muslim memandang bahwa terdapat sumber abadi dan sejati bagi segala apapun yang ada di jagad raya ini, yang pada gilirannnya akan dijadikan sebagai objek penelitian ilmiah. Sumber sejati ini penting dibicarakan untuk mengetahui asal usul dari objek apapun yang akhirnya kita pilih untuk diteliti, tak terkecuali objek-objek fisik. Tanpa sumber sejati seperti yang disebutkan diatas maka tidak mungkin ada apapun yang bisa kita jadikan sebagai objek penelitian kita. Tuhan, itulah sumber sejati yang dimaksud, darimana segala sesuatu itu berasal.
Dalam Islam, alam raya (yang akan dijadikan objek penelitian oleh sains) disebut sebagai ayah/ayat atau tanda-tanda Tuhan. Menurut Muhammad Iqbal, alam tak lain adalah medan kreativitas Tuhan. Oleh karena itu, barang siapa yang meneliti dan mengadakan kajian terhadap alam semesta, maka sesungguhnya dia sedang melakukan penelitian terhadap cara Tuhan bekerja dalam penciptaan atau dalam bahasa yang lebih populer, maka sesungguhnya orang (sains) tersebut sedang melakukan penelitian tentang sunnatullah.
Dengan melihat apa yang dikatakan Muhammad Iqbal tersebut, maka seharusnya setiap orang yang mengadakan kajian dan penelitian terhadap alam maka seyogyanya makin bertambahlah kepercayaannya (imannya) kepada sang Pencipta (Tuhan) dan bukan malah sebaliknya seperti yang sering terjadi didunia barat dimana mereka malahan berusaha menyingkirkan Tuhan dari arena penelitiannya.
Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga bisa dijadikan sebagai basis moral bagi ilmu dengan alasan bahwa tujuan menuntut ilmu dari sudut aksiologis adalah untuk memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang menuntutnya.
Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang mempelajari sebab pertama atau Tuhan, yang menempati derajat tertinggi dari objek ilmu. Oleh karena itu sudah semestinyalah jika metafisika dijadikan basis etis peneletian ilmiah karena ilmu ini akan memberikan kebahagiaan kepada siapa saja yang mengkajinya.
Perlu kita ingat kembali, bahwa dalam tradisi ilmiah Islam, filsafat disebutkan sebagai sumber segala ilmu rasional (aqli) seperti matematika, fisika, dan metafisika serta sub-devisi-sub-devisi mereka seperti :
1.      Sub-devisi Matematika :
Aritmatika-Geometri-Aljabar-Musik-Astronomi dan Teknik.
2.      Sub-devisi Fisika :
Minerologi-Botani-Zoologi-Anatomi-Kedokteran dan Psikologi
3.      Sub-devisi Metafisika :
Ontologi-Teologi-Kosmologi-Antropologi-Eskatologi.

Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika filosof besar seperti Ibnu Sina dan Mulla Sadra menguasai bukan hanya metafisika filsafat tetapi juga seluruh cabang ilmu rasional dan sub devisi-sub devisinya. Tiba kepada kita sekarang ini, bagaimana mungkin kebanyakan dari mereka (orang barat) malah menyingkirkan induk ilmu (filsafat) itu dari sains yang jelas-jelas merupakan anak kandung dari filsafat itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar