Ontology
merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikam kefilsafatan yang paling
kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan
dibidang ontologi.
Dalam
persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat da segala yang ada ini?
Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang Pertama,
kenyataan yang berupa materi (Kebenaran) dan yang kedua, kenyataan yang berupa
rohani (Kejiwaan).
Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada. Hakikat adalah realitas, realita dalah ke-real-an, Rill artinya kenyataan
yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu , bukan
kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang
berubah. Pembahasan tentang
ontology sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut
Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda-benda.
Kata
ontology berasal dari perkataan Yunani: On = Being, Logos = Logic. Jadi
Ontologi adalah The theory of beung qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Louis
O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari
ultimate reality dan menceritakan bahwa diantara contoh pemikiran ontologi
adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate
substance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja
yaitu air.
Noeng
Muhadir dalam bukunya Filsaar Ilmu mengatakan, Ontologi membahas tentang yang
asa yang universal, menampilkn pemikiran semesta universal. Menurut Jujun S.
Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dan
Perspektif mengatakan, Ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”.
Dari beberapa
pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Menurut bahasa, ontologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos = Ilmu. Jadi,
ontology adalah ilmu tentang yang ada.
b. Menurut
istilah, ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Didalam
pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai
berikut:
a.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat
yang asal dari seliuruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainya. Istikah
monoisme oleh Thomas Davidson disbut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi menjadi 2 aliran
- Materialisme
- Idealisme
Aliran idealism
yang dinamakan juga dengan spiritualisme. Idealism berarti serba cinta
sedangkan spiritualisme berarti serba ruh.
Idealism
diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yanga hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari
ruh (sukma). Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada jelmaan ruhani.
b.
Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri
dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat
ruhani, benda dan ruh, jaded dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh
juga bukan muncul dari benda.
Tokoh
paham ini adalag Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. Ia menamakan dua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani)
dan dunia ruang (Keadaan). Descrates meragukan segala sesuatu yang dapat
diragukan. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang
sebenarnya tidak mungkin diragukan. Dia meragukan badanya sendiri. Keraguan itu
menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan juga pada
pengalaman dengan ruh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Dalam empat
keadaan tersebutu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan
yang sesungguhnya. Menurut Descrates ia menyatakan bahwa ada satu yang tidak
dapat diragukan yaitu, saya sedang ragu. Menurutnya bahwa “saya sedang ragu” berarti
memang benar-benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku sedang ragu ini disebabkan oleh aku
berpikir. Kalau begitu aku
berpikir pasti ada dan benar. Jika
berpikir itu ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cogito Ergo Sum,
aku berpikir jadi aku ada. Paham ini kemudian terkenal dengan rasionalisme,
yaitu paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
dalam memperoleh pengetahuan, dan mengetes pengetahuan.
Umumnya
manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism , karena
setiap kenyatan lahir dapat segera dtangkap oleh pancaindra kita, sedangkan
kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
c.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam
bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan yang mengakui
bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
Pluralism
dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikataka sebagai paham yang
menyatakan bahwa kenyataan ala mini tersusun atas banyak unsure, lebih ari satu
atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri
dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.
Tokoh modern ini adalah Wiliam James (
1842-1910 M ), kelahiran New York dan terkenal sebagai seorang psikologi dan
filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth , James mengemukakan bahwa
, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri,
lepas dari akal yang mengenal. Sebab penglaman kita berjalan terus, dan segala
yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman dapat dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya.
Oleh
karena itu, tada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran
yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalam khusus yang setiap kali dapat
diubah oleh pengalaman-pengalama berikutnya.
Dunia
bukanlah suatu Universum melainkan Multiversum . dunia adalah sesuatu yang
terdiri dari banyak hal yang beranea ragam atau pluralis.
d.
Nihilisme
Nihilism berasal dari Bahasa Latin yang
berarti nothing atau tidak ada. Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan
Turgeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862
di Rusia. Dalam novel itu Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya
kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.
Doktrin tentang nihilism sebenarnya sudah
ada sejak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang
memberikan 3 proposisi tentang realitas.
Pertama
tidak ada sesuatu pun yang eksis
Kedua bila
sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui
Ketiga , sekalipun
realitas itu dapat diketahui, ia tidak akan dapat diberitahukan keparada orang
lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich
Nietzche (1844-1900 M), dilahirkan dari keluarga pendeta.
Dalam
pandanganya bahwa “Allah sudah mati”, Allah kristiani dengan segala perintah
dan laranganya sudah tidak merupakan rintangan lagi. Dunia terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Maka, dengan sendirinya manusia modern akan
terancam nihilism, yang menyebabkan nilai-nilai
kristiani akan lenyap.
e.
Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupa manusia
untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi ataupun rohani. Kata
Agnotisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya
not dan Gno artinya know. Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan yang bersifat
transenden.
Menurut
Martin Heidegger (1889-1976 M), seorang filosof Jerman, mengatakan satu-satunya
yang ada itu ialah Manusia. Sedangkan
pemahaman lainya oleh, Jean Paul Sartre (1905-1980 M) seorang filosof dan
sastrawan Perancis yang ateis sangat teroengaruh dengan pikiran ateisnya, yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan
etre (ada) melainka a etre (akan atau sedang).
Karl
Jaspers (1833-1969 M) menyangkal adanya sesuatu kenyataan yang transenden. Yang
mungkin itu hanyalah manusia berusaha mengatasi dirinya sendiri dengan
mmbawakan dirinya yang belum sadar kepada kesadara yang sejati.
Jadi, agnotisisme adalah paham pengingkaran
atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengtahui hakikat benda baik
materi maupun rohani. Alirn ini mirip aliran skeptisisme yang berpendapat bahwa
manusia diragukan kemampuanya mengetahui hakikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar