1. Jangan Panik
Dalam hal ini, ketika dituntut tidak panik bukan berarti
penanganan lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan
bersifat massal, korban-korban yang menderita luka ringan dapat dikerahkan
untuk ikut serta membantu. Namun, bukan berarti langsung asal membantu. Di sini
harus ada pemberian petunjuk-petunjuk secara tenang dan jelas.
2. Perhatikan Pernapasan Korban
Mungkin kita masih sempat menyelamatkan jiwa penderita, jika
Anda memperhatikan hal ini. Bila pernapasann korban terhenti lakukan pernapasan
dari mulut ke mulut, sebelum Anda memberikan pernapasan buatan yang paling
penting adalah memperhatikan jalan napas, dan perhatikan apakah ada kelainan
pada leher atau tidak kalau curiga ada kelainan sebaiknya tidak menggerakan kepala sama sekali.
Dan yang paling penting dalam suatu kecelakaan massal adalah
triage yaitu pemilihan kondisi pasien apakah dalam keadaan gawat darurat
(merah), gawat (putih atau abu), darurat (kuning), tidak gawat tidak darurat
(hijau), atau mati (hitam) dan ini menggambarkan dengan cara memprioritaskan live saving. Hal-hal yang perlu di
perhatikan adalah :
-
Airways open: Bebaskan jalan napas, dari segala yang menyumbat
-
Breathing Restored: Memberikan nafas buatan apabila korban tidak
bernafas. Sampai saat ini metode yang paling efektif adalah dari mulut ke mulut
-
Circulation Maitained: Jika denyut nadi menghilang (negatif), lakukan
resusitasi jantung dan paru (akan di bahas khusus)
3. Hentikan Pendarahan
Darah yang keluar dari pembuluh-pembuluh darah besar dapat
membawa kematian dalam waktu 3- 5 menit. Dengan mempergunakan sapu tangan
atau kain yang bersih, tekanlah tempat perdarahan kuat-kuat dengan tangan Anda.
Kemudian ikatlah sapu tangan dengan dasi, baju, atau apa pun juga yang dapat
menekan luka itu. Letakkan bagian perdarahan lebih tinggi dari bagian tubuh
lainnya, kecuali kalau keadaannya tidak mengizinkan.
4. Perhatikan Tanda-Tanda Shock
Korban ditelentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari
bagian tubuh lainnya. Apabila korban muntah-muntah dalam keadaan setengah
sadar, baringkanlah telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian
tubuh lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan
akan tersedak darah, muntahan atau air ke dalam paru-parunya. Apabila korban
mengalami cedera di dada dan menderita sesak napas (dalam keadaan masih sadar),
letakkannlah dalam keadaan setengah duduk.
5. Jangan Memindahkan Korban secara Terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat
dipastikan jenis serta keparahan cedera yang dialaminya. Kecuali apabila
tempat kecelakaan tidak memungkinkan korban dibiarkan di tempat tersebut
(misalnya di tempat kebakaran). Apabila korban hendak di usung, terlebih dahulu perdarahan
harus dihentikan, serta tulang-tulang yang patah harus dibidai.
Dalam mengusung korban, usahakanlah supaya kepala korban
tetap terlindung. Dan setiap kali harus diperhatikan jangan sampai saluran
pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan. Jika korban diusung oleh
dua orang, letakkanlah kepalanya di dekat pengusung yang di belakang. Dengan
demikian pengusung akan dapat memperhatikan hal-hal tadi.
Dalam kecelakaan massal, urutan prioritas korban yang
diusung ke tempat pertolongan lanjutan adalah sebagai berikut:
-
Korban dengan luka di dada dan leher yang disertai sesak napas.
-
Korban dengan luka di dada atau perut yang disertai perdarahan dalam
rongga-rongga tersebut.
-
Korban dengan luka terbuka di perut.
-
Korban yang diberi torniket (balutan yang menjepit sehingga aliran darah di
bawahnya terhenti sama sekali.)
-
Korban dengan cedera di kepala.
-
Korban dengan luka bakar yang lebih dari 20% luasnya.
-
Korban dengan patah tulang pinggul, paha, dan betis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar