Filosofi Jawa dinilai sebagai hal
yang kuno, ndeso dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut
berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan
mampu menambah wawasan kebijaksanaan dan mengajarkan hidup kita agar
senantiasa “Eling lan Waspodo”.
Berikut kumpulan falsafah beserta
arti penjelasannya yang menjadi pedoman hidup masyarakat Jawa:
1.
Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala)
Hidup itu
hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat
yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang
dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan
masyarakat.
2.
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Maksudnya
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
3.
Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Artinya
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan
sikap bijak, lembut hati dan sabar.
4.
Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti
Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Artinya
Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau
mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau
keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.
5.
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan
gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala
kehilangan sesuatu.
6.
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah
terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut- kejut, Jangan
mudah kolokan atau manja.
7.
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah
terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan
dan kepuasan duniawi.
8.
Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan
merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar
tidak celaka.
9.
Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan
tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua
agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
10. Aja Adigang,
Adigung, Adiguno
Maksudnya
adalah jaga kelakuan/tata krama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan,
ataupun latarbelakangmu.
11. Alon-alon
waton klakon
Filosofi ini
sebenarnya berisikan pesan tentang safety/keselamatan. Padahal kandungan
maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian,
waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety.
12. Nerimo ing
pandum.
Makna dari
kata tersebut mengandung Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran,
keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi.
Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.
Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.
13. Saiki jaman
edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
Artinya sekarang zaman edan, yang gak enda gak bakal kebagian; Hanya orang yang ingat kepada Allah yang beruntung. disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.
Artinya sekarang zaman edan, yang gak enda gak bakal kebagian; Hanya orang yang ingat kepada Allah yang beruntung. disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.
14. Mangan ora
mangan sing penting ngumpul
Artinya
Makan tidak makan yang terpenting adalah dapat berkumpul (kebersamaan).
Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera. Istilah "Mangan ora mangan" melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada.
Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera. Istilah "Mangan ora mangan" melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada.
Dan kata
dari "Sing penting ngumpul" melambangkan berpegang teguh pada
persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.
Filosofi
dari kalimat peribahasa "Mangan ora mangan sing penting kumpul"
adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa
Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.
15. Wong jowo
iki gampang di tekuk - tekuk
Filosofi ini juga berupa ungkapan
peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah
ditekuk-tekuk'. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam
kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin,
kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan
selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.
Itulah beberapa pandangan hidup,
pedoman, dan prinsip yang diterapkan sejak dahulu yang biasa menjadi nasehat
orang jawa meskipun kini semakin luntur dimakan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar