Tokoh satu ini dikenal
sebagai salah satu tokoh yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dunia, yaitu Rene Descartes. Rene Descartes lahir di desa La
Haye-lah tahun 1596. Ia adalah filosof,
ilmuwan, matematikus Perancis yang tersohor.
Ayahnya adalah seorang pengacara
yang aktif berpolitik sementara ibunya telah meninggal pada saat usia Descartes
masih 1 tahun. Descartes dimasukkan ke sekolah La Fleche pada usia 8 tahun ,
disana dia belajar ilmu-ilmu alam dan filsafat skolastik lalu kemudian pada
tahun 1613 melanjutkan study-nya di Poitier, bukan memperdalam filsafat
melainkan belajar ilmu hukum.
Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari
Universitas Poitiers walau tidak pernah mempraktekkan ilmunya samasekali.
Meskipun Descartes peroleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu
apa pun yang bisa dipercaya tanpa matematik. Karena itu, bukannya dia
meneruskan pendidikan formalnya, melainkan ambil keputusan kelana keliling
Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Berkat dasarnya berasal
dari keluarga berada, mungkinlah dia mengembara kian kemari dengan leluasa dan
longgar. Tak ada persoalan duit. Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes
betul-betul melompat ke sana kemari, dari satu negeri ke negeri lain. Dia masuk
tiga dinas ketentaraan yang berbeda-beda (Belanda, Bavaria dan Honggaria),
walaupun tampaknya dia tidak pernah ikut bertempur samasekali. Dikunjungi pula
Italia, Polandia, Denmark dan negeri-negeri lainnya.
Dalam tahun-tahun 1616
hingga 1628, dia menghimpun apa saja yang dianggapnya merupakan metode umum
untuk menemukan kebenaran. Ketika umurnya tiga puluh dua tahun, Descartes
memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu percobaan membangun gambaran dunia
yang sesungguhnya. Dia lantas menetap di Negeri Belanda dan tinggal di sana
selama tidak kurang dari dua puluh satu tahun. (Dipilihnya Negeri Belanda
karena negeri itu dianggapnya menyediakan kebebasan intelektual yang lebih
besar ketimbang lain-lain negeri, dan karena dia ingin menjauhkan diri dari
Paris yang kehidupan sosialnya tidak memberikan ketenangan cukup).
Sekitar tahun 1629
ditulisnya Rules for the Direction of the Mind buku yang memberikan garis-garis
besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplit dan tampaknya ia tidak berniat
menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun
sesudah Descartes tiada. Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes menggunakan
metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang
anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajagan secara terpisah-pisah. Dia
bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi,
matematik dan pelbagai cabang ilmu lainnya.
Menjadi keinginan
Descartes sendiri mempersembahkan hasil-hasil penyelidikan ilmiahnya dalam buku
yang disebut Le Monde (Dunia). Tetapi, di tahun 1633, tatkala buku itu hampir
rampung, dia dengan penguasa gereja di Italia mengutuk Galileo karena menyokong
teori Copernicus bahwa dunia ini sebenarnya bulat, bukannya datar, dan bumi itu
berputar mengitari matahari, bukan sebaliknya. Meskipun di Negeri Belanda dia
tidak berada di bawah kekuasaan gereja Katolik, toh dia berkeputusan
berhati-hati untuk tidak menerbitkan bukunya walau dia pun sebenarnya sepakat
dengan teori Copernicus. Sebagai gantinya, di tahun 1637 dia menerbitkan
bukunya yang masyhur Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason
and Finding Truth in the Sciences (biasanya diringkas saja Discourse on
Method).
Discourse ditulis dalam
bahasa Perancis dan bukan Latin sehingga semua kalangan intelegensia dapat
membacanya, termasuk mereka yang tak peroleh pendidikan klasik. Sebagai tambahan
Discourse ada tiga esai.
Didalamnya Descartes
menyuguhkan contoh-contoh penemuan-penemuan yang telah dilakukannya dengan
menggunakan metode itu. Tambahan pertamanya Optics, Descartes menjelaskan hukum
pelengkungan cahaya (yang sesungguhnya sudah ditemukan oleh Willebord Snell).
Dia juga mempersoalkan masalah lensa dan pelbagai alat-alat optik, melukiskan
fungsi mata dan pelbagai kelainan-kelainannya serta menggambarkan teori cahaya
yang hakekatnya versi pemula dari teori gelombang yang belakangan dirumuskan
oleh Christiaan Huygens. Tambahan keduanya terdiri dari perbincangan ihwal
meteorologi, Descartes membicarakan soal awan, hujan, angin, serta penjelasan
yang tepat mengenai pelangi. Dia mengeluarkan sanggahan terhadap pendapat bahwa
panas terdiri dari cairan yang tak tampak oleh mata, dan dengan tepat dia
menyimpulkan bahwa panas adalah suatu bentuk dari gerakan intern. (Tetapi,
pendapat ini telah ditemukan lebih dulu oleh Francis Bacon dan orang-orang
lain).
Tambahan ketiga
Geometri, dia mempersembahkan sumbangan yang paling penting dari kesemua yang
disebut di atas, yaitu penemuannya tentang geometri analitis. Ini merupakan
langkah kemajuan besar di bidang matematika, dan menyediakan jalan buat Newton
menemukan Kalkulus.
Mungkin, bagian paling
menarik dari filosofi Descartes adalah caranya dia memulai sesuatu. Meneliti
sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru yang umumnya sudah disepakati
orang, Descartes berkesimpulan untuk mencari kebenaran sejati dia mesti mulai
melakukan langkah yang polos dan jernih. Untuk itu, dia mulai dengan cara
meragukan apa saja, apa saja yang dikatakan gurunya. Meragukan kepercayaan
meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan eksistensi alam di luar dunia,
bahkan meragukan eksistensinya sendiri. Pokoknya, meragukan segala-galanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar