FILSAFAT
HIDUP RASULULLAH
Firman Allah : “Dan barang siapa bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS Ath Thalaq : 3)
Firman Allah : “Dan apa saja yang engkau Infaqkan,
maka Allah akan mengganti. Dan DIA-lah sebaik-baik Pemberi Rizqi.” (QS
Saba’ : 39)
Marilah kita tingkatkan iman dan
taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan pengertian taqwa yang sebenar-benarnya dan
seluas-luasnya, yakni melaksanakan segala perintah Allah SWT, dan meninggalkan
segala larangan-larangan-Nya. Seorang muslim yang sejati adalah apabila ia
telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola dalam hidupnya. Kita ikuti
sikap dan tindak-tanduknya, demikian pula filsafat hidupnya harus diteladani.
Bagaimana filsafat hidup Rasulullah?
Filsafat hidup adalah hal yang abstrak, yakni bagaimana seseorang memandang
suatu persoalan hidup, cara memecahkan atau menyelesaikannya.
Ada beberapa filsafat hidup yang
dianut oleh manusia, seperti:
a. Dalam hidup
ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
b. Dalam hidup
ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke Timur, ikut ke
Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, supaya selamat dan mendapatkan
apa yang diinginkan.
c. Dalam hidup
ini yang penting “GUE SENENG”, masa bodoh dengan urusan orang lain.
d. Dalam hidup
ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Sedangkan Filsafat hidup Rasulullah
adalah sebagai berikut :
a.
Sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat kepada Orang
lain
Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. “Wahai Rasulullah,
bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab yang artinya:
“Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain.”
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati
pula oleh tetangga, sanak famili, dan juga didermakan untuk kepentingan
masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya
dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya
sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya
berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya
mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain,
dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya
ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang
tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan
segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya
orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan
masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang
lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk
memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak
ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang
menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena
rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup
ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan
memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai
ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah
dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini
sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya
menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak
berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan
kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari “rumput” walau
hal itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk
orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari
pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur’an
saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat
Lillahi Ta’ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang
berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas
bekerja.
b.
Umur Panjang banyak Amal salehnya
Rasul pernah
ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul
menjawab : Yang artinya : “Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang
umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya”.
Sudah barang
tentu orang yang semacam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya
kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa
kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,”Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka
yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya”.
Jadi
sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya
masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat
tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya
itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu,
bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini
memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya.
Adapun resep
agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah : Secara lahiriyah, kita semua
sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta
menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur. Secara spiritual orang yang
ini panjang umur ada dua resepnya:
1.
Pertama : Suka bersedekah, yakni melepaskan sebahagian
hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin,
maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil
sangat mungkin umurnya pendek.
2.
Kedua : Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan
dan rahmi berarti kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang
dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang
bertambah misalnya 60 tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62
tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah,
setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas
dari umur itu yang bertambah.
c.
Hari sekarang lebih baik dari hari kemaren
Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul
Menjawab yang artinya : “Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas
hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung”.
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya,
dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik,
orang tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup
Rasulullah yang ketiga adalah “Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup”.
Pernyataan Rasul yang kedua : Yang artinya: “Barangsiapa keadaan hidupnya
pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi”. Jika
amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan
juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya
tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban
sudah bertabu, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur,
amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah
rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya yang artinya : “Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu
dilaknat oleh Allah”.
Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan,
keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
d.
Orang yang terbaik terhadap keluarga
Rasul pernah ditanya : “Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik
itu bagaimana? Rasul menjawab : “Suami yang paling baik adalah suami yang sikap
dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar,
tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap
menghormati dan menghargai isterinya.”
Sebab ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan
isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami
yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak
baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang
mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai
Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat.
Rasulullah berpesan: “Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu”. Diulangnya
tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seorang
suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar biasa.
Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada
hakekatnya adalah karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang
membantu mencarikan nafkah.
e.
Bila terlanjur cepat bertobat
Rasul pernah ditanya, “Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang
bagaimana? Rasul menjawab, “Apabila dia berbuat salah segera bertaubat, kembali
kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan, “Orang yang
benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang
benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang
terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak
mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal,
kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi
kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar
menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada
bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan
maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang
yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi
khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua
baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi
masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam
kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya
tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena
kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada
kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali
menjadi orang yang baik.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang
artinya: “Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh
dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima oleh Allah”.
f .
Suka memberi
Suka memberi. Sabda Nabi yang artinya : “Tangan di atas lebih baik daripada
tangan di bawah”. Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada
orang yang suka menerima. Allah berfirman yang artinya : “Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap
butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah
: 261).
Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang
jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut
Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
g.
Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat
Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : “Wahai Rasul! Si pulan itu orang
yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan
shalat, puasa, I’tikaf, berdo’a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat,
“Apakah orang itu punya keluarga?” Sahabat menjawab, “Punya Ya Rasul”.
Kata Rasul :
“Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!
Rasul
menyatakan: ” Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi
tetapi melalaikan urusan duniawi”. Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan
urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah
seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat
sebelah.
Sumber : Al-Ustadz Drs. Burhanuddin Pengobatan Nur
syifa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar