Mereka yang skeptis (peragu) mengatakan bahwa
tidak ada satupun yang bisa dijadikan landasan untuk mengatakan bahwa kita
mampu untuk mengetahui segala sesuatu itu dengan pasti. Mereka mengatakan bahwa
semua hal yang ada di alam semesta ini hanyalah berupa spekulasi saja, tidak
ada kepastian di dalamnya.
Kita masih ingat, bagaimana Pyrho
dan mereka-mereka yang skeptis mengatakan “Jika manusia ingin mengetahui dan
memahami sesuatu, maka manusia hanya memiliki 2 alat epistemologi untuk
mengetahui dan mengenali alam disekitarnya, yaitu panca indra dan rasio.
Bukankah panca indra dan rasio dapat berbuat kesalahan? Dan karena pancaindra
dan rasio tidak terlepas dari kesalahan maka tidak logis kalau kita berpegang
kepada sesuatu yang salah dan kemudian mengatakan bahwa kita mampu untuk mengetahui
hakikat sesuatu itu.
Kepada Pyrho dan orang-orang yang berpendapat
seperti Pyrho kita katakan bahwa, Betul panca indra dan akal dapat melakukan
kesalahan, tetapi potensi kesalahan yang bisa terjadi kepada 2 alat
epistemologi tersebut tidaklah secara serta merta akan menjadikan nasib manusia
untuk tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu secara pasti. Dikatakan bahwa
mata dapat melakukan kesalahan, tongkat yang lurus dimasukkan kekolam terlihat
bengkok. Ketika bangun tidur terkadang kita melihat bantal seperti selimut,
melihat selimut seperti undukan bantal dan seterusnya.
Sekarang mari kita tanyakan kepada
mereka yang skeptis, apakah ketika mereka menyaksikan kayu yang bengkok di kolam
itu mereka langsung MENGETAHUI secara pasti bahwa penglihatannya adalah salah
dan itu hanyalah sebuah kekeliruan (baca : karena sesungguhnya kayu tidak
bengkok) atau mereka MERAGUKAN penglihatan mereka sendiri dan setengah percaya
dengan penglihatan mereka sendiri. Mereka yang menyaksikan bantal terlihat
seperti selimut dan selimut terlihat seperti bantal tersebut, apakah mereka
MENGETAHUI secara pasti bahwa mereka salah lihat atau mereka hanya MENDUGA
salah lihat.
Tentu mereka akan menjawab, mereka
MENGETAHUI bahwa mata telah melakukan kekeliruan. Tidak mungkin tongkat yang
lurus jadi bengkok hanya karena dicelupkan kedalam air. Tidak mungkin bantal
berubah jadi selimut dan selimut berubah jadi bantal, yang terlihat sewaktu
bangun tidur tadi hanyalah karena mata belum bisa berfungsi langsung sempurna
100% sehingga apa yang terlihat oleh mata pastilah sebuah kekeliruan.
Jika demikian jawabannya, maka sesungguhnya mereka sendiri sudah mampu membuktikan bahwa manusia mampu memperoleh pengetahuan dan kepastian tentangnya. Manusia mampu memastikan bahwa dia salah lihat dan juga mampu memastikan bahwa tongkat tersebut sesungguhnya adalah lurus dan tidak bengkok sebagaimana yang disaksikan oleh mata.
Jika demikian jawabannya, maka sesungguhnya mereka sendiri sudah mampu membuktikan bahwa manusia mampu memperoleh pengetahuan dan kepastian tentangnya. Manusia mampu memastikan bahwa dia salah lihat dan juga mampu memastikan bahwa tongkat tersebut sesungguhnya adalah lurus dan tidak bengkok sebagaimana yang disaksikan oleh mata.
Jika kita sudah mampu membedakan mana yang SALAH dan mana yang BENAR, maka
sesungguhnya kita telah mampu mencapai hakikat kebenaran. Dengan kata lain,
jika seseorang belum sampai kepada hakikat kebenaran maka dia tidak akan
mengetahui semua kekeliruan yang ada di depan matanya sendiri.
Dengan demikian, saya berpendapat
bahwa sesungguhnya manusia dalam beberapa hal mampu mengetahui hakikat
kebenaran itu 100% dan dalam hal lainnya tidak akan mampu mengetahuinya. Karena demikian, maka tidak logis kalau mereka yang skeptis itu memukul rata
semua persoalan. Hanya karena tidak mampu mengetahui suatu hal maka dikatakan
sudah nasib manusia untuk tidak bisa mengetahui segala sesuatu secara pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar