Sabtu, 12 Desember 2015

PROSES BERPIKIR SEBAGAI DASAR PENELITIAN



KEBENARAN MELALUI PROSES BERPIKIR / BERNALAR SEBAGAI DASAR PENELITIAN

A. Berpikir atau Bernalar sebagai Proses Berbahasa
Berbahasa identik dengan berpikir. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Penalaran adalah proses berpikir yang sistemis untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran bersifat obyektif, tegas, dan berani.

1.  Berpikir dan Bernalar
  Menurut Sudarminta, berpikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk, yaitu :
a.  Induktif : Proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (particular).
b.    Deduktif : Penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.
c.  Abduktif : Penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.

Berpikir secara nalar mempunyai dua kriteria, yaitu :
a.      Berpikir logis
Berpikir ini mempunyai pengertian ganda, artinya suatu kebenaran dapat diterima oleh satu pihak, tetapi dapat saja ditolak oleh pihak lain yang disebabkan perbedaan persepsi dari masing-masing pihak.
b.      Berpikir analitis
Berpikir ilmiah berarti, melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Berpikir ini merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif yang berkaitan secara rasional dan empiris.

2. Macam-Macam Berpikir
Secara garis besar, ada dua macam berpikir, yaitu :
a.    Berpikir Autistik
     Berpikir autistik adalah proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi, menghayal atau wishful thinking.
b.      Berpikir Realistik
             Berpikir realistik adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan Dunia nyata. Menurut Rakhmat (1994;69) ada tiga macam berpikir Realistik, yaitu :
·      Berpikir Deduktif
Kata deduktif berasal dari deduksi. Maka berpikir deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
·         Berpikir Induktif
Kata Induktif berasal dari induksi. Maka berpikir induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan.
·         Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif adalah berpikir secara kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan.

3. Persyaratan Bernalar
Seseorang dapat dikatakan bernalar jika ia sudah memenuhi syarat yang benar dalam bernalar. Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu :
a.  Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
b.  Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar, harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.

4. Macam – Macam Bernalar
Penalaran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
a. Penalaran Induktif 
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat umum.


Menurut bentuknya, penalaran induktif dibagi menjadi tiga, yaitu :
1)   Generalisasi
          Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
2)   Analogi
Analogi Induktif adalah suatu cara berpikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti.
3)   Hubungan Kausal
            Hubungan kausal merupakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan sebab-akibat. Terdapat 3 hubungan kausal, yaitu :
a. Sebab-Akibat
b. Akibat-Sebab
c. Sebab-Akibat-Akibat

b.   Penalaran Deduktif
         Penalaran deduktif merupakan prosedur yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Menurut bentuknya, penalaran deduktif dibagi menjadi dua, yaitu :
1)   Silogisme
          Silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri dari premis umum, premis khusus, dan simpulan. Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal, tetapi jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari.
2)   Entimen
         Entimen adalah silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Sumber :                                                   
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar