MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERFIKIR ILMIAH
1.
Matematika sebagai
bahasa
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan
bahwa “x itu sama sekali tidak berarti”.
Bahasa verbal mempunyai beberapa
kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita
berpaling kepada matematika. Dalam hal ini, kita katakan bahwa matematika
adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional
dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang
bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika merupakan daya
prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat
eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.
Contohnya, menghitung kecepatan jalan
kaki seseorang anak. Maka objek “kecepatan jalan kaki seorang anak” kita
lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu berjalan
kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan hubungan
tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai konotasi
emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z.
Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif
dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.
2.
Matematika sebagai
sarana berfikir deduktif
Nama ilmu deduktif diperoleh karena
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman
seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan
atas deduksi (penjabaran).
Secara deduktif, matematika
menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, walaupun
pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan
ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada
kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan
yang didapatkan secara deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang
sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang kita telah ketahui, kebenarannya
dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya
perbendaharaan ilmiah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar