SARANA
BERFIKIR ILMIAH
A. Pengertian Berfikir Ilmiah
dan Alamiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan
empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu
yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik
dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan,
deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus
ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Misalnya
penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikanakan kayu pasti
kayu tersebut akan terbakar.
B. Sarana
Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.
Dengan jalan ini maka kita sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab
sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai tujuan tertentu atau
dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berfikir ilmiah ini, dalam
proses pendidikan kita merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita
mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang
ilmu. Dalam hal ini, kita memperhatikan dua hal :
1. Sarana ilmiah bukan merupakan
ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui salah satu
karakteristik dari ilmu, umpamanya adalah penggunaan berpikir induktif dan
deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berfikir ilmiah tidak
mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas
dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam
mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.
2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,
sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk bisa memecahkan masalah
kita sehari-hari. Dalam hal ini, maka sarana berfikir ilmiah merupakan alat
bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya
berdasarkan metode ilmiah. Atau secara sederhana, sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.
Jelaslah sekarang bahwa mengapa sarana berfikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya,
sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan
merupakan ilmu itu sendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika,
matematika dan statistik.
C.
Bahasa sebagai Sarana
Berfikir Ilmiah
Bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah, dimana bahasa
merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang yang berlandaskan logika induktif
maupun deduktif. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu
mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan
tidak benar.
Bahasa sebagai sarana komunikasi
antar manusia, tanpa bahasa maka tiada komunikasi. Keunikan manusia sebenarnya
bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Dalam hal ini maka Ernest Cassirer menyebut
manusia sebagai manusia Animal symbolic, makhluk yang menggunakan symbol,
yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo Sapiens
yakni makhluk yang berpikir,
sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan simbol. Bloch dan
Trager, senada dengan Joseph Broam menyatakan bahwa bahasa adalah
suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul
satu sama lain.
Batasan-batasan
tentang simbol ini perlu diteliti setiap unsurnya, antara lain:
1.
Simbol-simbol : Sesuatu yang
menyatakan sesuatu yang lain.
2. Simbol-simbol vokal : Bunyi-bunyi
yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat
tubuh dengan sistem pernapasan.
3. Simbol-simbol vokal arbitrer : Abitrer
atau istilah “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara
filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.
4. Suatu sistem yang berstruktur
dari simbol-simbol yang arbitrer. Hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas
dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerjasama antara
bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah
konsistensi, ketetapan intern.
Fungsi Bahasa, secara
umum, antara lain :
1.
Kordinator kegiatan-kegiatan
masyarakat.
2.
Penetapan pemikiran dan
pengungkapan.
3.
Penyampaian pikiran dan
perasaan.
4.
Penyenangan jiwa.
5.
Pengurangan goncangan jiwa.
Fungsi bahasa, menurut
Halliday yang dikutip Thaimah, antara lain :
1.
Regulatoris (memerintah dan
perbaikan tingkah laku).
2.
Interaksional (saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang).
3.
Personal (mencurahkan perasaan
dan pikiran).
4.
Heuristic (mencapai tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya).
5.
Imajinatif (mengungkapkan
imajinasi dan gambaran tentang discovery).
6.
Representasional (menggambarkan
wawasan dan pemikiran serta menyampaikan).
Kekurangan Bahasa
Kekurangan bahasa pada hakikatnya terletak pada :
1. Peranannya bahasa itu sendiri
yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan
simbolik.
2.
Arti yang tidak jelas dan eksak
yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.
3.
Konotasi yang bersifat
emosional.
a.
Logika sebagai Sarana
Berfikir Ilmiah
Logika adalah sarana untuk berfikir
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Berpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
Aturan cara berpikir yang benar,
antara lain :
1.
Mencintai kebenaran.
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang
baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut,
meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk
senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya
menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir
terkotak-kotak, memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.
2.
Ketahuilah dengan sadar apa
yang anda sedang lakukan/kerjakan.
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan
berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita adalah suatu usaha terus menerus
mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang
kebenaran tetapi bersifat parsial.
3.
Ketahuilah dengan sadar apa
yang sedang anda katakan.
Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan
pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan
pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
4.
Buatlah distingsi (pembedaan)
dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.
Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang
sama, hal itu jelas berbeda, tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih
menpunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat
distingsi, suatu berbedaan.
5.
Cintailah definisi yang tepat.
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu
kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di ungkapkan atau yang dimaksud.
Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap.
Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.
6.
Ketahuilah dengan sadar mengapa
anda menyimpulkan begini atau begitu.
Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau
begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, imflikasi-imflikasi,
dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan
yang dibuat.
7.
Hindarilah kesalahan-kesalahan
dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam dan
nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran
(penalaran).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar