Jumat, 18 Desember 2015

INDONESIA SAAT INI.....



Indonesia sebuah negara kepulauan dengan beragam budaya, beragam suku, beragam bahasa dan juga sangat kaya akan sumber daya alamnya. Saya mungkin agak pesimis jika Indonesia dikatakan akan mengalami krisis energi pada 20 tahun mendatang. Mungkin statmen berikut benar jika kita hanya memanfaatkan satu atau dua sumber daya alam yang mampu menghasilkan energi demi kebutuhan negara kita. Sampai saat ini memang batubara dan minyak bumi masih menjadi primadona bagi kalangan pengusaha dan investor asing. Kedua sumber daya itu sepertinya sudah menjadi hal yang wajib bagi para investor dalam menanamkan modal usahanya di Indonesia. Indonesia memang menjadi lumbung uang bagi negara maju. Mengapa ini bisa terjadi? sudah jelas bahwa untuk menanamkan modalnya di Indonesia sangat mudah dan juga gaji/upah pegawainya yang sangat murah. Sehingga sebenarnya profit yang diterima pemerintah Indonesia belum sebanding dengan keuntungan yang diperoleh oleh investor tersebut.
Batubara..batubara..dan batubara..sangat menjanjikan memang. Sejak diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 sektor energi membawa angin segar dalam peningkatan pendapatan negara. Tapi apakah benar demikian? Siti Khotijah salah satu staf pengajar Universitas Mulawarman berpendapat bahwa “realitanya, penerimaan negara dari sektor mineral dan batubara ternyata sangat kecil. Dengan 9 ribu perusahaan sejak 2010 sampai sekarang, negara hanya mendapat Rp 67- 80 triliun. Sedangkan dari sektor minyak dan gas, hanya seratus perusahaan negara menerima Rp 270 triliun.”
Namun perlu diingat bahwa pemanfaatan sektor energi khusunya minyak dan batubara perlu dibatasi. Karena di era tahun 70-80an ekspor batubara sempat terjadi, karna pada saat itu kebutuhan negara akan baturbara sangatlah minim, tapi sekarang laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tak terkendali menuntut revitalisai sektor industri menjadi wajib.
Sebenarnya tulisan ini dibuat tidak untuk mengamati perkembangan sektor energi terlalu jauh, namun bagaimana pemerataan dan pemanafaatan energi harus sudah dimulai dari sekarang. Kalau kita masih mengandalkan batubara dan minyak bumi sebagai satu-satunya energi prioritas akan tiba saat kehancuran dan pemiskinan secara struktural. Artinya adalah kita akan dipaksa menjadi miskin karana membeli sumberdaya kita sendiri dengan sangat mahal.
Masih banyak sekali energi potensial yang belum diolah dan dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah. Potensi energi angin sepanjang garis pantai, panas bumi yang saat ini mulai menjadi tren baru di sektor industri, namun masih perlu kajian komprehensif karena hampir 80% energi panas bumi terdapat didalam kawasan konservasi. Energi lain yaitu tumbuhan jarak, nyamplung, ubi yang sangat potensial menghasilkan energi pengganti minyak juga merupakan alternatif baru yang harus segera diperhatikan. Mulai sekarang seharusnya BBM menjadi energi alternatif bukan lagi energi prioritas.
Intervensi pemerintah disini sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan energi baru ini. Sebenarnya tidak baru juga, tapi masih kurang familiar. Ketidakfamiliarannya itu disebabkan oleh masih sangat jarang pabrik mengolah dan memasarkan dalam skala besar. Saya rasa memang belum ada upaya serius dari pemerintah untuk mengatasi problem yang sudah lama sekali terjadi, dan hanya bisa ikut memperdebatkan tanpa ada aksi dan inovasi dalam mengatasi kelangkaan BBM.
Jika melihat sisi lain sumberdaya alam kita, Indonesia sampai saat ini masih dianugrahi kawasan hutan yang memiliki potensi sumberdaya hayati yang sangat besar. Untuk saat ini jangan melihat hutan hanya sekedar dari jumlah tegakannya saja. Tapi lihatlah hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem yang harus dijaga kelestariannya. Kawasan hutan tidak hanya berupa tegakan pohon, tapi juga satwa, tumbuhan bawah, herba, air, udara, dll. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebenarnya kehilangan satu pohon di hutan, sama saja menghilangkan 1000 potensi keanekaragaman hayati lain. Keberadaan hutan menjadi hal yang utama jika kita mau serius mengolah sumberdaya hayati dengan bjiak. Potensi tanaman herba yang melimpah seharusnya bisa dikembangkan secara optimal. Potensi air juga merupakan suatu hal yang vital bagi kehidupan manusia. Sumberdaya air yang melimpah dengan kualitas yang baik menjadi hal yang sulit didapat jika keberadaan hutan hilang. Saya membayangkan apabila hutan kalimantan rusak sehingga banyak sekali sungai termasuk Sungai Kapuas tidak mampu lagi menyerap air hujan, dan tidak mampu mengalirkan air dari hulu sampai ke hilir dengan baik. Mau hidup dengan apa masyarakat kalimantan jika tidak ada sungai.
Pada akhirnya  yang menjadi kesimpulan saya adalah dukungan dan upaya serius dari pemerintah untuk pengembangan energi alternatif perlu dilakukan secapatnya. Memasyarakatkan energi lain selain BBM juga harus menjadi prioritas pemerintah. Dan yang terakhir adalah keberadaan hutan dan ekosistemnya harus senantiasa terjaga, karena hutan sebenarnya merupakan kedaulatan nasional yang tidak pernah dirasakan keberadaanya. Karena dengan adanya energi alternatif, masa depan anak cucu kita bisa lebih terjamin. Dan eksploitasi energi yang tidak bisa diperbarui bisa terselamatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar