Terdapat beberapa metode penting yang yang
digunakan dalam pemikiran filsafat Islam, yaitu:
1.
Metode Filsafat Argumentatif Peripatetik.
Metode ini sangat mengutamakan
silogisme (qiyas), argumentasi rasional (istidlal aqli) dan demonstrasi
rasional (burhan aqli). Metode argumentatif peripatetik ini dikenal memiliki
banyak pengikut seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Bajah, Mir Damad, Al Kindi, Ibnu Sina,
dan lain-lainnya. Tokoh paham ini yang paling menonjol adalah Ibnu Sina.
2.
Metode Filsafat Iluminatif
Metode ini seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, bertumpu kepada argumentasi rasional, demonstrasi rasional, serta berjuang melawan hawa nafsu dan menyucikan jiwa.
3.
Metode Pengembaran Rohani (tasawuf)
Metode tasawuf (irfan) semata-mata
hanya bertumpu kepada penyucian jiwa dan mengadakan perjalanan guna mendekatkan
diri kepada Allah sehingga mampu mengetahui dan sampai kepada berbagai hakikat.
Beda dengan filsafat Iluminatif, metode irfan ini sama sekali tidak bertumpu
kepada argumentasi rasional ataupun demonstarsi rasional. Berdasarkan metode
ini tujuan bukan hanya untuk menyingkap hakikat, tetapi sampai kepada hakikat
itu sendiri.
Metode irfan memiliki satu persamaan dan dua sisi perbedaan dengan metode
iluminasi. Sisi persamaannya adalah bertumpu kepada penyucian jiwa. Sedangkan
perbedaannya adalah tentang penggunaan argumentasi dan demonstrasi rasional.
4.
Metode Teologi Argumentatif (kalam)
Para teolog Islam (Mutakallimin),
seperti halnya para filsuf peripatetik bertumpu pada argumentasi penalaran dan
demonstrasi rasional, namun demikian terdapat dua perbedaan yang mendasar
didalam pengunaannya.
Yang pertama, para teolog muslim
khususnya kaum mu’tazilah menggunakan penalaran rasional ‘baik dan buruk’
berdasarkan kemampuan akal. Dan berdasarkan dengan prinsip ini maka kaum
mu’tazilah mewujudkan berbagai prinsip yang lain seperti prinsip kelembutan, kewajiban
atas Allah untuk mendahulukan yang baik dan sebagainya. Sedangkan para filsuf
berkeyakinan bahwa prinsip ‘baik dan buruk’ merupakan prinsip yang relatif dan
klaim manusia.
Yang kedua, para teolog muslim
mengklaim bahwa mereka lebih konsisten dalam membela Islam dari pada filsuf,
mereka berpendapat bahwa pembahasan filsafat adalah pembahasan yang bebas,
mereka tidak menentukan tujuan ideologinya. Sementara teolog muslim jelas telah
menentukan tujuan ideologinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar