Sabtu, 19 Desember 2015

BUKU SUCI


Keinginan untuk meneliti buku suci tentang alat yang dimiliki oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan/epistemologi adalah untuk merespon beberapa orang di milist yahoo groups yang dihuni oleh beberapa orang islam fundamentalis, mereka sering dengan lantang mengkafirkan orang yang membahas sebuah persoalan tetapi tidak mengkait-kaitkannya kepada “dalil” di kitab suci.
Kita lihat apa yang dikatakan oleh buku/kitab suci, dan karena buku suci yang sering saya baca dan teliti adalah Al-Quran maka sekarang kita lihat apa yang dikatakan oleh Al-Quran.
Apakah Al-Quran mendukung pendapat yang ini atau mendukung pendapat yang itu? Apakah menurut Al-quran alat yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan itu dengan indra, rasio atau hati? Al-Quran dengan tegas mengatakan tidak yang ini dan juga bukan yang itu. Alat untuk mengetahui itu bukan hanya indra dan rasio. Dan juga bukan hanya hati. Jika anda berpegang hanya kepada indra dan rasio, maka anda akan cenderung terlalu “keluar” dan sebaliknya jika anda hanya berpegangan kepada hati, maka anda akan cenderung terlalu “ke dalam”.
Al-Quran mengakui kedua alat epistemologi indra dan rasio sebagaimana yang bisa kita lihat di surat An-Nahl ayat 78, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
Al-Quran mengatakan, Anda tidak tahu dan untuk itu Kami berikan alat untuk mengetahui, yaitu indra (pendengaran, penglihatan) dan rasio (hati). Namun untuk beberapa urusan, indra dan rasio Anda akan mengalami goncangan dan kekeliruan, untuk itu bersihkanlah alat itu dengan dengan mensucikan jiwa anda. Al-quran menyampaikan pesan untuk membersihkan jiwa ini dengan pesan yang maha hebat dan mengguncang serta menusuk langsung kepada hati setiap siapa saja yang membacanya, Al-quran mengatakan pada surat Asy-Syams ayat 1 sampai dengan 10 : “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Al-Quran mengatakan “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. Pertanyaannya adalah bagaimana mensucikan jiwa? Dimana (bendanya) jiwa itu berada?
Tidak ada satu Profesor-pun yang mampu menyingkap dimana letak jiwa, tetapi satu hal yang bisa kita ketahui adalah bahwa indra dan rasio itu terletak di jiwa manusia. Oleh karena itu, jika dikatakan beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa maka itu artinya beruntunglah orang-orang yang membersihkan apa saja yang melekat di jiwa ( indra dan rasio).
Kemudian Al-Quran mengatakan lagi di surat Al-Ankabut ayat 69 : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Al-Quran mengatakan, kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh maka akan diberi jalan, akan diberi pengetahuan. Allah berjanji akan memberikan pengetahuan dan jalan kepada mereka yang bersungguh-sungguh walaupun mereka tidak memiliki kelebihan di alat indra dan rasio.
Penjelasan ini tidak berarti anda bisa menjadi Dokter Spesialis dengan hanya duduk di pojok masjid menghitung jumlah kelereng yang diikat disebuah tasbih. Untuk menjadi Dokter, Anda harus belajar di fakultas kedokteran. Al-Quran menyuruh menggunakan indra dan rasio untuk wilayah yang ini dan mensucikan jiwa untuk wilayah yang itu. Dengan kata lain, menurut buku suci Al-Quran manusia memiliki 3 alat epistemologi, yang pertama adalah indra, yang kedua adalah rasio, dan yang ketiga adalah mensucikan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar